watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

POLWAN YANG MANIS

Cerita Sex Polwan yang Manis, Kisah ini terjadi
sekitar 2001 an, saat aku masih kuliah sambil cari
kerja sampingan buat biaya kuliah. Kebetulan ada
temen ibuku yang punya warnet di kota ini, jadi
aku kerja nungguin warnet. Shift jaga biasanya
malam, mulai jam 7 sampe jam 12 malam. Tapi
kadang-kadang gentian sama teman-teman
yang lain, tergantung situasi lah. Cerita sex
terbaru dan terlengkap hanya ada di
sexceritadewasa.com.
Saat itu aku jaga warnet malem sendirian,
harusnya sih berdua, tapi biasa lah ada aja alesan
untuk ngilang. Yang heran, tumben warnet sepi
banget (padahal tahun2 segitu saat orang jarang
punya modem sendiri, warnet ndak pernah sepi
lho). Jadinya aku santai-santai sambil browsing
materi kuliah, sambil slonjor-slonjor dan nyamil
kacang.
Sekitar jam 9 ada suara motor berhenti diluar.
Hah, akhirnya ada pengunjung juga. Pintu
kemudian dibuka, Nampak cewek masuk,
bodynya tinggi, wajahnya imut sih, rambut
potong pendek dan pake jaket dan celana
panjang.
“Mau nge-net ada mas?” tanyanya.
“Oh, silahkan mbak…, kosong kok. Bebas milih
mana saja.” Jawabku ramah sambil melihat
wajah imut tersebut.
“Makasih mas, saya dipojok situ aja” dia lalu
menuju bilik yang pojok, terus nglepas sepatu
dan duduk (bilik warnetnya lesehan semua). Aku
lihat sepatunya sepatu kulit, kayak-kayaknya
bukan cewek biasa nih. Setelah duduk, dia
membuka jaket, ternyata dibalik jaketnya dia
memakai seragam polisi, pangkatnya Segitiga
Kuning satu biji, ohh Sersan Dua pangkatnya.
Ohh.., seorang polwan yang manis pikirku.
“Mas, username ama passwordnya apaan nih??”
tanyanya, sambil menoleh ke aku.
“Ehh.., ohh.., bebas kok mbak, langsung aja”
kataku jadi sedikit gagap gara-gara terpana plus
kaget..
“Okey mas, makasih”
Beberapa menit sambil browsing aku curi-curi
lihat ke mbak polwan tadi. Lama-lama kok
beberapa kali ketahuan lagi nyuri pandang.
Akhirnya aku gak berani lagi ngliat dia.
Konsentrasi aku alihkan ke monitor komputerku.
Karena bosan dengan materi kuliah, aku mulai
browsing situs-situs hot.
Setengah jam berlalu, tiba-tiba aku kaget saat
mbak tadi sudah disampingku.
“Mas, ajari bikin email dong” katanya…
“ehh…,ehhhh…, ehhh iya” aku panic, karena
monitorku isinya penuh gambar pasangan lagi
adegan hot. “ayo mbak…, saya ajari” aku
langsung berdiri dan mengajak mbak polwan
tadi ke biliknya (supaya aku gak tengsin & terlalu
lama salting didepan komputerku).
Aku mulai ngajari cara mbuat email dari dasar-
dasarnya. Sambil lirak-lirik aku baca namanya,
sebut saja Dewi . Dewi tampak antusias
mendengar penjelasanku, kemudian mulai
mencoba mempraktekkan langkah demi
langkah. Aku masih grogi, bagaimana tidak, lha
wong dia polwan… hiiiii. Tapi kayaknya dia yang
berusaha mencairkan suasana.
“Mas sudah lama kerja diwarnet ya?” tanyanya
“Wah, baru kok mbak. Ini juga buat nambah-
nambah biaya kuliah” jawabku sambil berusaha
tersenyum, tapi masih kaku…. Shitt.
“wah, kok lancer banget gitu ya nge-netnya?
Ehh, jangan panggil saya mbak dong. Nih, kan
namaku udah terpampang jelas gini. Panggil
Dewi aja ya? Kalo nama mas sapa?”
“Saya Andri mbak.., wah nggak berani manggil
gitu mbak. Ngak sopan” Jawabku sambil
menggerakkan mouse.
“Nggak papa kok, biar akrab. Lagian kayaknya
kita seumuran ya. Aku dua puluh tiga tahun kok”
paparnya blak-blakan, jarang yh cewek blak-
blakan masalah umur
“Ya deh mbak, eh Dewi…, kalo saya baru dua
puluh dua tahun mbak, tuaan mbak dikit dong,
ngomong-ngomong kok masih pake baju dines.
Habis tugas ya?” tanyaku sambil kesempatan
buat mandang wajahya yang manis (buehhh…,
betul-betul manis nihh)
“Iya habis ikut pengamanan di balaikota, tadi ka
ada demo mahasiswi. Jadi Polwannya turun
semua.”
“Ohh.., gitu. Lho mbak Dewi kok gak pulang
kerumah? “ tanyaku lagi
“Nggak, tadi lihat warnet jadi pengin mampir.
Sekalian belajar”
“Emang mbak Dewi rumahnya dimana?”
“Di perumahan ****, yahh agak jauh sih. “dia
menjawab sambil tersenyum manis… wihhh.
“Lho, udah nikah ya mbak? (nanya nya mulai
gak konsen gara-gara senyuman tadi)”
“Udah, nikah sih udah satu tahun. Suamiku sipil,
kerja di expidisi. Tapi lagi ruwet nihh…, dia
kecantol ama temen kerjanya, ini aku lagi ngurus
cerai” katanya sambil sedikit serak.
“Ehm, maaf mbak. Lancang nanya.”
“Gak papa.., kalo mas sendiri?” Lhahh, dia balas
nanya
“Belum mbak, pacar aja gak ada. Nanti-nanti lah”
“Ohh, padahal penampilan mendukung lhoh” dia
menjawab sambil tersenyum lagi. Matek aku…
panas dingin langsung. Apalagi tangannya
sambil menyenggol bahuku… beuhhh.
“Ahh, mbak bisa aja. Ehh.., suami mbak terlalu
juga ya. Mbak yang secantik ini di khianati…”
agak nggombal dikit jawabanku
“Hahaha…, cantik gimana? Biasa aja ah” Sambil
tangannya disenggolkan ke bahuku lagi. “Tapi,
hatiku sedih sekali, makanya kadang kalo pulang
kerja aku ndak langsung kerumah. Tapi jalan
kemana dulu gitu”
“Lho, cantik betul lho mbak, manis tinggi
langsing lagi…” entah darimana kata-kata ini
kudapat, dia terlihat agak tersipu-sipu.
Senyumnya makin mengembang.
“Ehmm.., makasih ya. Eh.., ngliat situs-situs
yang kayak tadi dimana ya?” tanyanya agak
malu-malu
“Ehhh.., yang mana ya mbak?” jawabku pura-
pura bego
“Yang tadi itu lho, yang dikomputernya mas.”
“Ohh.., ehh gak papa ya mbak? Ini aku carikan
alamatnya” aku mulai mengetik alamat, dan
muncul gambar-gambar orang lagi bercinta
berat. Aku lihat matanya menatap monitor
penuh hasrat. “ini tinggal di klik link-link yang
ada. Banyak kok nantinya” Sambil aku beranjak
pergi, mau kembali ke tempat operator.
“Ehh, kemana mas? Temenin aku dong, siapa
tau nanti ada kesulitan lagi.” Sambil tangannya
meraih tanganku dan menarikku untuk duduk
lagi. “Disini aja ya..” dan aku mengangguk pelan.
Kami berdua mulai browsing situs-situs xxx, dan
aku merasa duduk makin merapat. Mata Dewi
tak lepas dari monitor, nafasnya terdengar agak
memburu (aku juga demikian sihh hehehehe…).
Terasa tubuhku mulai bersentuhan dengannya,
hangat dehh. Tangannya ditumpangkan
kepahaku, membuat konty ku meluap meronta-
ronta (waktu itu aku masih betul-betul perjaka…
bayangkeunn), diusap-usap pahaku. Aku
beranikan memeluk pinggangnya yang ramping
dan aku rapatkan tubuhnya ke tubuhku.
“Mas, udah pernah kayak yang dikomputer ini
ndak?” tanyanya pelan, agak berbisik. Wajahnya
betul-betul rapat dengan wajahku, bikin aku
gelagepan.
“Belum mbak, pacar aja gak punya, ciuman juga
belum pernah…” jawabku jujur.
“Ehmmm…, kalau gitu…” di berdiri kemudian
berjalan kepintu depan. Pintu dikunci oleh dia,
kemudian tulisan closed dibalik. Lalu dia kembali
ke tempatku duduk, kembali memeluk aku yang
sudah betul-betul panas dingin.
“Mau nggak kayak gitu??” setengah berbisik dewi
nanya didekat telingaku, seluruh badanku jadi
merinding. Bibirnya ditempelkan ke telingaku.
Anjrriiiiittttt……, aku gak bisa ngomong apa-apa.
Tanpa menunggu jawabanku tangannya
menarik tangan kiriku, ditempelkan ke toketnya.
Gak terlalu besar sih, tanganku dibimbing untuk
membuat gerakan mengusap dan meremas.
Setelah aku bisa gerak sendiri, tanganku
dilepaskan. Kemudian tangan kanan Dewi
menelusup kedalam kaosku, meremas dan
memilin-milin putingku. Badanku kayak kejang
semua jadinya.
“Mas, mau kan sama Dewi? Satu malam ini aku
milikmu… masss” suaranya mendesah
ditelingaku. Mulutnya memagut bibirku, lidahnya
liar masuk kemulutku. Sementara aku
mendesah-ndesah keenakan (pengalaman
pertama …) tanganku semakin aktif meremas
toketnya. Tangan Dewi kemudian membuka
beberapa kancing baju dinasnya, ehhh… ternyata
masih ada kaos dalam. Kaos dalam dia sibakkan
ke atas, kemudian BH juga dia sibakkan ke atas.
Tanganku ditarik lagi buat meremas-remas
toketnya, aku mulai bersemangat.
Tangan Dewi menelusup ke celanaku, ******
yang udah bengkak diremas-remas…, ahhhhhh.
Ubun-ubun kayak mau meledak. Sementara
Dewi terus memagut seisi mulut dan lidahku.
Perlhan kaosku dinaikkan keatas, bibir Dewi
kemudian pindah menjelajahi dadaku. Lidahnya
menjilati putingku…. Huuuuuhhhhh, sambil
sesekali terasa gigitan-gigitan kecil yang sering
bikin aku kaget. Terasa seluruh dadaku disapu
lidahnya.., rasanya nyaman-nyaman gimana
gitu, lidahnya mulai turun menjilati pusarku.
Karuan aja aku mengelinjang kesana-kemari.
Perlahan tangannya membuka risluting celanaku,
diturunkan sebatas lutut. Didalam cd, ****** ini
mulai terasa berdesir-desir, sementara Dewi
dengan buas menciumi batang kejantananku.
Tak lama kemudian, cd ku dilorotkan sebatas
lutut juga.
“Mas, burungnya lumayan besar ya.. emmm”
sambil tangannya mengelus dan meremas-
remas batangku.
“Uhhhh…, emang besar ya mbakkk???” tanyaku
sambil merem melek
“Nggak terlalu besar sih, tapi pas segini nih…”
Dewi menjawab sambil tangannya mulai
mengocok batangku. “Massss…., burungnya aku
emut yaa??”
“Iya mbak….” Aku udah gak konsen, Dewi lalu
mulai mengulum kepala dan batang burungku
pelan-pelan. Lembut banget, tangan kananku
dengan gemas meremas-remas rambutnya
yang pendek, rapi dan hemmmm…., sangat
wangi. Dan tangan kiriki meremas toket dibalik
baju dinasnya…, kenyal banget.
Semakin lama kulumannya semakin cepat, aku
semakin menggelinjang dan kelojotan.
“Ohhhh…, Wii.., Dewiii.., sudahhhh…, sudahhh,
aku nggak tahannnnn” aku menceracau sejadi-
jadinya. Baru pertama kali diemut, sama cewk
manis lagi…. Wahhhh betul juga, pangkal
batangku mulai terasa senut-senut.
“Dewiii.., ohhh gak tahan mbakkk…” senut-
senutnya semakin kencang dan akhirnya terasa
ada sesuatu menggelegak… crottt.., crottt.
Spermaku keluar didalam mulut Dewi. Tapi…..,
aduhhhh Dewi nggak melepas batang burungku,
tetap dikulum-kulum dan disedot. Terasa bukan
nikmat yang sekarang, tetapi jadi geli gak
tertahan.
“sudah mbakkk…, geli aku..” sambil tanganku
berusaha melepas kepala Dewi dari burungku.
Tak berapa lama ia melepas mulutnya dari
burungku…, uhhhhhh. Seluruh badan lemas
serasa tak bertulang. Dewi tersenyum melihatku,
kulihat mulutnya sedikit mengecap-ngecap.
“Ehhh mbak, spermaku mbak telan ya??”
tanyaku
“Iya, nggak papa kok. Sehat tuh, rasanya emang
agak asin sihh. Lagian daripada nyemprot
kemana-mana, bisa kena macem-macem
tuhh….” Dewi menjawab sambil tersenyum
genit. Tangannya mulai bergerilya lagi mengejar
batang burungku yang sudah mulai mengkerut.
Dipegang dan mulai dielus lagi…, aku masih
menggelinjang geli…, tapi lama-lama mulai
terasa hangat dan nikmat lagi. Mulutnya kembali
memagut mulutku, kami berciuman dengan
ganas. Aku mulai bisa mengimbangi
permainannya.
“Mas, setelah ini giliranku yang dikasih
kenikmatan ya?” sambil nafasnya mulai
tersengal-sengal
“Ya mbak, aku puasin mbak dehh” tanganku
dibimbing untuk ikut melepas celana dinas coklat
miliknya. Aku plorotkan hingga sebatas lutut.
Tampak celana dalam warna hitam yang
menutupi gundukan. Nggak sabar sekalian aku
plorotin celana dalamnya. Terlihat jembut tebal
menghiasi gundukan daging. Tanganku mulai
mengusap dan berusaha menyibak jembutnya,
mencari sesuatu seperti yang ada di situs-situs
porno.
Dengan lembut tangan Dewi membimbing
tanganku, dan mengarahkan mulutku kea rah
memeknya. Cuma karena celana Cuma dilorot
sebatas lutut, maka agak sulit untuk sampai ke
memeknya. Akhirnya lidahku dapat menjangkau
memeknya, kujilat dikit-dikit dan terasa agak
basah (hihihi…, agak bau keringat ya.., nggak
papa). Dewi mulai mendesah lirih, aku tambah
ritmenya.
“Masss…, ayo masukin aja ya…, udah nggak
tahan nih..” Dewi bersuara lirih.
“Ya mbak” Aku kembali berdiri dan bersiap
dengan burungku. Tapi aku kebingungan,
dengan posisi celanaku yang sebatas lutut dan
Dewi yang juga sama kami berdua keliatannya
sama-sama bingung.
“Mbak…, masukinnya gimana nih??”
“Ehh.., iya ya mas…., gimana kalau dari belakang
saja? Aku agak nungging ya…”
“Ya deh.., terserah mbak. Aku masih bingung
nih..” Lalu Dewi berbalik dan posisi merangkak,
kedua pahanya direnggangkan sehingga
memeknya sedikit tampak membuka.
“Sini mas, masukkan…, tusuk ke yang sini yaa…”
tangannya menjangkau dan memegang
batangku, ditarik pelan-pelan kearah lubang
memeknya yang agak basah. Sebentar
kemudian, kepala burungku digesek-gesekkan ke
memeknya, nikmat sekali…
Aku mulai sedikit mendorong batang burungku
kelubang memeknya. Pelan-pelan, batangnya
mulai ambles kedalam memek. Tanganku mulai
meremas-remas pantat Dewi…. (gila, bulat
banget nih pantat polwan, kenceng banget lagi.
Banyak olahraga kali ya?). Terkadang tanganku
menyusup kedalam baju dinasnya dan
meremas-remas toketnya serta memilin putting
susunya. Dewi mendesah-ndesah keenakan.
“Gimana masss??? Enakkk?… terus mas maju
mundur aja….”
“Ya mbak, enak. Mbak seksi banget yahh, udah
langsing pantatnya montok lagi” pujiku jujur
“Ahhh mas, bisa aja. Burung mas juga enak
kok…, kuat banget, padahal baru keluar habis-
habisan lho tadi…” godanya genit. “gimana mas
perasaannya nggoyang polwan??”
“Ehhh…, agak deg-degan juga…”sambil
pinggulku memaju mundurkan batang didalam
memeknya. Sambil mataku lihat jam dinding,
22.30. tanganku semakin familiar dengan lekuk-
lekuk tubuh Dewi. Pundak Dewi kemudian
merendah, pantatnya sekarang benar-benar
nungging, nafasnya mulai memburu tak teratur.
“Ahhhh… mass…, enakkkkk, terusss” badannya
mengeliat-geliat, sesekali tampak pantat bulatnya
mengejang. “ohhhh…. Ohhhhh….., ahhhhhhhh”
Tampak seluruh badan Dewi mengejang
beberapa saat dan kemudian mengendur pelan-
pelan.
“Aku dah orgasme mass…., ayo mas terus aja
sampe keluar” matanya sayu tapi mengerling
manja ke arahku. “Mau ganti gaya ya mas??
Spooning aja ya? Mas pasti tau dehh… yukk”
“Ya mbak” aku pelan-pelan rebah bersama Dewi.
Posisi spooning sekarang, aku peluk Dewi dari
belakang sambil sku sodokkan burungku
berulang-ulang dan sekuat tenaga.
“ahh…, ahhh…, ahhh” Dewi menjerit pelan, aku
terus memompa
“Ahhhh mbakkk…, akuu keluarrrrr…” tubuhku
mengejang dan crott…crottt. Spermaku keluar
untuk kedua kalinya… Pelukanku ke Dewi bagai
mencengkeram sampai Dewi sepertinya sulit
bernafas.
“masss…., puas ya” ucapnya lembut dan
manja…, aku hanya mengangguk sambil
tersenyum. Aku melirik jam dinding.., sudah
jam 23.15.
“Ada apa sih mas, kok lihat jam??? Nggak suka
ya?” Dewi merengut
“nggak mbak.., tapi udah hamper jam setengah
dua belas, temenku yang aplusan jaga bentar
lagi dating” jelasku
“Ohhh… kirain..” senyumnya manja kemudian
kepalanya menoleh ke wajahku dan mulai
memagut mulutku lagi. “ya udah…, kita beres-
beres dulu yuk”
Aku melepas batangku yang mulai lemas dari
memeknya, kuambil tisu untuk menahan dan
membersihkan cairan disekitar memeknya.
“Makasih ya mas” sambil dia merapikan kembali
seragam polwannya. Merapikn lagi rambutnya
yang pendek…, aku suka sekali melihatnya.
“Mbak cantik banget dehhh”
“ahhh mass…., makasih juga. Sama-sama, aku
juga sangat menikmati ini kok. Kalau bisa lain kali
kita ketemuan lagi…, aku percaya kamu kok”
balasnya masih dengan nada manja. “Ehh…,
boleh minta nomer hp ya mas…, supaya bisa
ketemuan lagi”
“Tentu mbak, mbak baik banget. Perjakaku
diambil mbak lhooo…..” aku sedikit tersipu
“Ohhh…, maaf ya. Habis aku pngen banget
sihhhh… semoga kamu suka dan nggak kapok”
setelah rapi, dia memakai sepatu dan mau
membayar internet.
“ndak usah mbak.., ini bayarannya sudah sangat
berlebih kok” jawabku
“Ahhh… yaudah. Makasih ya ..” Setelah tukar
menukar nomer hp, Dewi membuka pintu dan
menyempatkan kissbye yang aku bales dengan
lebih mesra.
Dan sejak itu kadang-kadang aku ketemuan
dengan Dewi diberbagai tempat.Beberapa
minggu setelah itu Dewi bercerai dengan
suaminya. Hubunganku dengan Dewi hingga
tahun 2004. Tahun itu dewi udah punya suami
baru, seorang perwira polisi. Aku ndak berani
ketemuan lagi, dan Dewi kayaknya sekarang
betul-betul sayang sama suaminya. Aku turut
bersyukur saja.


Adult | GO HOME | Exit
1/1819
U-ON

inc Powered by Xtgem.com